Home » » Inikah Neolib?

Inikah Neolib?

Ini ada artikel yang dimuat di harian Kontan. Cukup menarik untuk dikaji.

Jangan Ekspor Gas Senoro
Pemerintahan berganti, kebijakan pun bertukar. Setelah kabinet baru dilantik bulan lalu, mulai terasa adanya perubahan kebijakan. Dalam hal kemandirian energi, kelihatannya pemerintahan baru ini tak terlalu hirau. Ini bisa dilihat dari kebijakan mengenai peruntukan gas Senoro.

Seperti diketahui, pada era pemerintahan sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan tegas menyatakan bahwa seluruh alokasi gas Senoro adalah untuk domestik. Alasannya, kebutuhan energi nasional, khususnya gas, begitu tinggi.

PLN misalnya, jauh-jauh hari sudah mengeluh kekurangan pasokan gas untuk sejumlah pembangkit listriknya. Produsen pupuk juga sangat terpengaruh oleh pasokan gas. Maka tak mengherankan, jika gas langka, maka produksi pupuk pun tersendat. Kalaupun ada, harganya pasti mahal.

Kebijakan Wapres yang diputuskan dalam sidang kabinet ini, menyurutkan langkah Konsorsium Donggi Senoro (sebagai pemenang tender pembangunan kilang LNG Senoro) untuk mengekspor gas Senoro ke Jepang.

Setelah JK tak lagi menjabat, kebijakannya ikut luntur. Konsorsium --yang terdiri dari Mitsubishi (51% saham), Pertamina (20% saham) dan Medco (29% saham)-- seperti mendapat angin segar. Mereka merasa tak ada lagi penghalang, untuk mengekspor gas Senoro. Menteri ESDM yang baru, Darwin Zahedy Saleh mengatakan, produksi gas Senoro bisa saja diekspor, jika keekonomian untuk domestik tidak memungkinkan.

Pihak konsorsium merasa, gas Senoro tak ekonomis jika dijual untuk domestik. Pembeli lokal, hanya berani membayar 4 dolar AS / mmbtu. Dan memang, segitulah harga gas yang biasa dibeli oleh PLN. Sedangkan jika dijual ke Jepang, pembeli berani dengan harga 6,2 dolar AS / mmbtu.

Secara bisnis, Konsorsium memang akan menangguk untung besar, jika menjual gas ke Jepang. Tapi kalau itu yang dipilih, maka pasokan gas dalam negeri akan kembang kempis.

Pertanyaannya, kenapa pemerintahan baru ini cenderung memilih yang kedua, yakni keuntungan besar bagi Konsorsium (yang mayoritas sahamnya dimiliki Mitsubishi), ketimbang memenuhi kebutuhan gas bagi industri di dalam negeri?

0 komentar:

Posting Komentar

Chit-Chat

Find Us on Facebook

Diberdayakan oleh Blogger.