Direktorat Jenderal Tanaman Pangan / Diretorate General of Food Crops
Direktur Jenderal : Ir. Sutarto Alimoeso, MM
Visi : Peduli terhadap kesejahteraan masyarakat melalui penyelenggaraan birokrasi yang bersih dan amanah dalam pembangunan tanaman pangan yang berkelanjutan.
Misi :
* mewujudkan birokrasi tanaman pangan yang profesional dan berintegritas;
* mendorong peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan;
* mendorong berkembangnya diversifikasi produksi tanaman pangan yang berdaya saing dan berkelanjutan;
* memperjuangkan kepentingan petani dan masyarakat pertanian;
* mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait pembangunan tanaman pangan.
VISI MISI DIREKTORAT TANAMAN PANGAN
KENALKAH ???
Kenalkah anda dengan pejabat-pejabat di deptan? Berikut ini adalah daftar nama-nama pejabat yang ada di Deptan. Suatu kebanggaan bagi mereka yang mengabdi pada petani Indonesia. Sebagai kehormatan dari petani tangguh untuk memperkenalkan beliau-beliau kepada anda-anda para petani Indonesia. Dipundak merekalah nasib pertanian Indonesia insyaAllah..
Kenalkah hey... para petani??
Kenalkah...
PENDAFTARAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN
Pendaftaran-Departemen Pertanian mengeluarkan kebijakan untuk mendaftarkan pangan segar yang beredar di Indonesia. Hal ini untuk menjamin keamanan, mutu serta meningkatkan daya saing pangan segar asal tumbuhan yang beredar. Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/Permentan /OT.140/10/2008 tertanggal 21 Oktober 2008 tentang Syarat Dan Tatacara Pendaftaran Pangan Segar Asal Tumbuhan. Peraturan Menteri Pertanian ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. pendaftaran
MASYARAKAT PELAYANAN PENDIDIKAN
Keberhasilan proyek pembangunan yang berorientasi pada masyarakat, dikenal sangat tergantung pada perhatian yang diberikan pada faktor manusia. Apabila hanya digunakan pendekatan teknis belaka dengan asimisi pemenuhan kebutuhan masyarakat secara otomatis, maka hal ini tidak akan membawa hasil. Sangat disayangkan bahwa pada banyak tahap perencanaan pembangunan tidak menanyakan pertanyaan-pertanyaan pokok tentang kebutuhan masyarakat akan pelayanan. Ini membuktikan bahwa pendekatan lama secara vertikal (top down) belum berubah menjadi bottom up yang efektif (Rukmana, 1993).
TRANSPORTASI
Transportasi-Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia yang diperkirakan pada tahun 2035 akan bertambah menjadi dua kali lipat dari jumlah saat ini atau menjadi 400 juta jiwa, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan “rawan pangan” di masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan konsumsi perkapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya dalam waktu 35 tahun yang akan datang Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan yang lebih dari 2 kali lipat jumlah kebutuhan saat ini (Siswono Yudohusodo, 2002).Transportasi
GEOGRAFI
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan kasual gejala-gejala muka bumi dan peristiwa yang terjadi di permukaaan bumi baik fisik maupun yang menyangkut mahluk hidup beserta permaslahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi dan kompleks wilayah untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan ( Bintarto, 1983 ) Geografi
PENDIDIKAN DAN FASILITASNYA
Pendidikan adalah salah satu aset bangsa. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan adalah keberhasilan negara dalam mengangkat derajat dan martabat bangsa, bangsa yang tertinggal dan terbelakang dalam pendidikannya maka akan menjadi bangsa yang terbelakang dan tertinggal juga dalam percaturan dunia. Kemajuan pendidikan di suatu Negara berkaitan erat dengan keberadaan fasilitas pendidikan karena fasilitas pendidikan memiliki dua peran penting dalam suatu wilayah. Pertama, menentukan kualitas sumberdaya manusia dan yang kedua menjadi penentu bagi perkembangan suatu wilayah. Sebagai penentu kualitas sumberdaya manusia, fasilitas pelayanan pendidikan dianggap sebagai basic need sehingga sistemnya barus menjangkau seluruh masyarakat. Sebagai penentu perkembangan wilayah fasilitas ini menjadi komponen utama dalam penentuan hiraki pusat pelayanan dan pertumbuhan suatu wilayah. pendidikan
AKASIA
Akasia-Dari hasil listing Sensus Pertanian 2003 menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat sekitar 1,2 juta rumah tangga yang mengusai tanaman akasia dengan populasi pohon yang dikuasai mencapai 32,02 juta pohon atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 27,24 pohon. Dari total sebanyak 32,02 juta pohon akasia , sekitar 12,06 juta pohon atau 37,69 persen diantaranya adalah merupakan tanaman akasia yang siap tebang.Akasia
SUNGKAI
Sungkai-Pada tahun 2003, dari hasil listing Sensus Pertanian 2003 menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat hanya sekitar 22,32 ribu rumah tangga yang mengusai tanaman sungkai dengan populasi pohon yang dikuasai mencapai 1,01 juta pohon atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 45,29 pohon. Dari total sebanyak 1,01 juta pohon sungkai, sebagian besar adalah tanaman yang berumur muda, hanya sekitar 381,28 ribu pohon atau 37,72 persen saja yang merupakan tanaman siap tebang.Sungkai
SONOKELING
Sonokeling-Dari hasil listing Sensus Pertanian 2003 menunjukkan, bahwa di Indonesia tercatat hanya sekitar 204,62 ribu rumah tangga yang mengusai tanaman sonokeling dengan populasi pohon yang dikuasai mencapai 2,35 juta pohon atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 11,50 pohon. Dari total sebanyak 2,35 juta pohon sonokeling, hanya sekitar 742,64 ribu pohon atau 31,56 persen saja yang merupakan tanaman siap tebang.Sonokeling
SENGON
Sengon-Dari hasil listing Sensus Pertanian 2003, menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat sekitar 2,32 juta rumah tangga yang mengusai tanaman sengon dengan populasi pohon yang dikuasai mencapai 59,83 juta pohon atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 25,84 pohon. Dari total sebanyak 59,83 juta pohon sengon , sekitar 24,61 juta pohon atau 41,14 persen diantaranya adalah merupakan tanaman sengon yang siap tebang. Hal ini memberikan indikasi bahwa tanaman sengon di Indonesia sebagian besar masih berumur muda.Sengon
ROTAN
Rotan-Tanaman rotandi Indonesia pada tahun 2003 di Indonesia tercatat sekitar 47,23 ribu rumah tangga yang mengusai tanaman rotan dengan populasi tanaman yang dikuasai mencapai 17,78 juta rumpun atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 376,56 rumpun. Dari populasi tanaman rotan sebanyak 17,78 juta rumpun , sebagian besar yaitu sekitar 14,48 juta rumpun atau 81,41 persen diantaranya adalah merupakan tanaman rotan yang siap tebang . Rotan
PINUS
Pinus- Pada tahun 2003, di Indonesia tercatat sekitar 156,0 ribu rumah tangga yang menguasai tanaman pinus dengan populasi pohon yang dikuasai mencapai 5,82 juta pohon atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 37,33 pohon. Dari total sebanyak 5,82 juta pohon pinus , sekitar 2,72 juta pohon atau 46,63 persen diantaranya adalah merupakan tanaman pinus yang siap tebang.pinus
MAHONI
Mahoni-Pada tahun 2003, tercatat sebanyak 2,31 juta rumah tangga yang mengusai tanaman mahoni dengan populasi pohon yang dikuasai mencapai 45,26 juta pohon atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 19,59 pohon. Dari populasi pohon mahoni di Indonesia sebanyak 45,26 juta, hanya sekitar 9,49 juta pohon atau 20,98 persen saja yang merupakan tanaman mahoni yang siap tebang . Hal ini memberikan gambaran bahwa tanaman mahoni yang dikuasai oleh rumah tangga sebagian besar masih berumur muda.Mahoni
KAYU JATI
Kayu jati-Dari hasil listing Sensus Pertanian 2003 menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat sekitar 3,05 juta rumah tangga yang mengusai tanaman jati dengan populasi pohon yang dikuasai mencapai 79,71 juta pohon atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 26,12 pohon. Dari total sebanyak 79,71 juta pohon jati di Indonesia, sekitar 18,45 juta pohon atau 23,14 persen diantaranya adalah merupakan tanaman jati yang siap tebang . Hal ini memberikan indikasi bahwa sebagian besar tanaman jati yang dikuasai oleh rumah tangga masih berumur muda / baru tanam.Kayu jati
CENDANA
Cendana-Tanaman cendana pada tahun 2003 di Indonesia tercatat hanya sekitar 7,34 ribu rumah tangga yang mengusai tanaman cendana dengan populasi pohon yang dikuasai mencapai 66,33 ribu pohon atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 9,04 pohon. Dari populasi pohon cendana sebanyak 66,33 ribu pohon , sekitar 20 ribu pohon atau 30,79 persen diantaranya adalah merupakan tanaman cendana yang siap tebang.cendana
BAMBU
Bambu- Dari hasil listing Sensus Pertanian 2003 menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat sekitar 4,73 juta rumah tangga yang mengusai tanaman bambu dengan populasi yang dikuasai mencapai 37,93 juta rumpun atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 8,03 rumpun. Dari total sebanyak 37,93 juta rumpun tanaman bambu, sekitar 27,88 juta rumpun atau 73,52 persen diantaranya adalah merupakan tanaman bambu yang siap tebang.
PESTISIDA
Pestisida nabati nimba dapat dibuat secara konvensional dengan menggunakan peralatan yang sederhana maupun secara modern. Penggunaan pestisida nabati nimba bersifat ramah lingkungan, karena bahan aktif nimba tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan, serta residu pestisida mudah terurai menjadi senyawa yang tidak beracun. pestisida nabati
Pokok bahasan ini menyajikan cara pembuatan pestisida organik nimba secara konvensional dan aplikasinya. Pembuatan pestisida organik nimba dapat dibuat dalam berbagai bentuk produk, misalnya berupa daun kering, tepung biji, dan ekstrak daun atau biji. Namun, bentuk yang paling banyak digunakan adalah ekstrak bahan segar dan ekstrak bahan kering, serta tepung atau bubuk daun dan biji. Menurut para ahli, dosis umum penggunaan pestisida nabati yang dianjurkan adalah 30 g - 50 g bahan aktif, atau setara dengan 10 kg - 30 kg brji nimba per hektar lahan.
BUDIDAYA TANAMAN NIMBA
BUDIDAYA TANAMAN NIMBA-Pada prinsipnya, teknik budi daya tanaman nimba hampir sama dengan teknik budi daya tanaman lain, yakni meliputi penyiapan bahan tanaman (bibit), penyiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman nimba.
BUDIDAYA TANAMAN NIMBA-A. Syarat Tumbuh Tanaman Nimba
Tanaman nimba dapat beradaptasi secara luas di daerah tropis. Di lndonesia, Tanaman nimba dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah. Daerah yang cocok bagi perkembangan tanamann imba adalah daerah kering dengan suhu udara antara 220 C - 250C, curah hujan 300 mm /tahun, kelembapan udara (RH) antara 30% - 60%, dan merupakan tempat terbuka yang cukup mendapat cahaya matahari.